Menanti Terbitnya Fajar

OLEH: HASANUDDIN

ALLAH pencipta langit dan bumi, mempergilirkan siang dan malam. Siang tidak akan pernah dapat mendahului malam, dan malam tidak dapat mendahului siang.

Allah berpesan, agar pada sebagian malam, orang-orang yang beriman kepada Allah, bangun dan mendirikan salat lail (tahajud), hingga terbitnya (fajr), sebagai pertanda segera menyingsingnya Matahari di ufuk, membawa cahaya penerang.

Lalu, dirikanlah salat syuruq, guna menyambut datangnya cahaya pagi. Lalu dirikanlah salat istiadzah, dan mohonlah perlindungan kepada-Nya. Jika matahari telah naik sepenggalan, dirikanlah salat dhuha, sebagai sedekah atas tulang-tulangmu agar kuat dalam mencari nafkah pada siang harinya. Dan jangan lupa, tambahkan salat kaffarat, untuk membayar denda atas kesalahan yang telah engkau perbuat.

Demikianlah yang dicontohkan oleh Rasulullah semasa hidupnya, dan dalam semua itu terdapat pelajaran bagi mereka yang berakal.

Malam berisi tentang kegelapan, ketiadaan cahaya dalam kehidupan, dimana manusia dalam beraktivitas kebanyakan tidak mampu membedakan baik dan buruk, halal atau haram. Pada masyarakat yang sedang mengalami kegelapan, kejahatan terjadi di mana-mana di dalam masyarakat itu. Dan “malam” benar-benar terasa horor, jika penguasa yang diberi amanah tidak memahami situasi dan atau bahkan menjadi faktor kesemrawutan dalam masyarakat.

Sejatinya, para pemimpin adalah mereka yang memegang pelita di tangan kanannya, dan pedang keadilan di tangan kirinya. Dengan pelita mereka menerangi masyarakatnya di saat malam, dan dengan pedang  keadilan di tangannya, mereka menjaga dan melindungi masyarakat dari kejahatan malam.

Lihat juga...