Kebijakan Sanitasi Kurangi Risiko Penularan Penyakit Pasca-Banjir
BANJARMASIN — Pakar Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan pemerintah daerah harus mengambil kebijakan sanitasi yang tepat guna mengurangi risiko penularan penyakit setelah banjir seperti yang terjadi saat ini di Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
“Dalam kondisi darurat bencana, kebijakan sanitasi ditujukan untuk mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan,” kata dia di Banjarmasin, Ahad (16/5/2021).
Diketahui sanitasi yang dimaksud meliputi pengelolaan air limbah permukiman, pengelolaan sampah hingga drainase setelah banjir yang dipastikan menjadi pekerjaan rumah tak gampang.
Dijelaskan Syamsul, banjir membawa kotoran seperti sampah, air got atau septik tank. Kondisi ini menyebabkan nyamuk dan bibit kuman penyakit mudah berkembang biak. Tidak jarang banjir juga menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Kondisi basah juga tidak nyaman bagi tubuh sehingga dapat menurunkan kondisi tubuh dan daya tahan terhadap stres karena terbatasnya akses terhadap sandang, pangan, dan papan.
Syamsul membeberkan beberapa penyakit menular yang harus diwaspadai sehubungan dengan banjir. Di antaranya diare, demam berdarah, leptospirosis infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran cerna lain misalnya demam tifoid dan gastritis.
Kemudian memburuknya penyakit kronis yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan hingga banjir yang terjadi selama berhari-hari.
Di samping itu banjir dapat pula menimbulkan KLB penyakit menular secara besar-besaran dan meningkatkan potensi penularan penyakit. Risiko terjadinya KLB epidemik penyakit menular sebanding dengan kepadatan dan kepindahan penduduk.