Kendala Busuk Jadi Tantangan Petani Penghasil Komoditas Buah Segar
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
LAMPUNG — Pembusukan buah masih menjadi salah satu momok menakutkan bagi petani. Berbagai upaya dilakukan oleh petani, mulai dari penanaman hingga distribusi.
Samsulmaarif, petani di Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan menyebutkan, pada tahap budidaya, kendala busuk buah terjadi oleh faktor organisme pengganggu tanaman (OPT).
“Meminimalisir kerusakan buah pisang dilakukan dengan pembersihan tanaman. Selain itu juga mempergunanakan tekhnik penanganan hama terpadu dengan memakai zat kimia,” terang Samsulmaarif saat dihubungi Cendana News, Senin (3/5/2021).
Selain busuk buah di kebun, kerusakan juga terjadi saat distribusi, terutama jika menggunakan kendaraan bak terbuka.
“Meski proses pembusukan buah bisa diantisipasi saat berada di kebun memakai plastik, namun saat distribusi kerap menjadi kendala. Imbasnya menghasilkan produk bernilai jual rendah,” tambahnya.
Samsulmaarif bilang harga pisang dengan sistem timbangan saat ini tidak bagus. Semula bisa mencapai Rp4.000 dan anjlok menjadi Rp1.000 per kilogram.
Dalam kondisi normal produk pertanian pisang bisa diantisipasi dengan membuat produk kuliner, namun saat ini juga terkendala pemasaran karena mudik lebaran Idul Fitri dibatasi.
Petani buah melon, Atin Indarto di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebut kendala busuk buah jadi momok bagi petani. Saat proses budidaya ia memilih menggunakan penanaman dengan media mulsa plastik, untuk meminimalisir proses penyerapan air penyebab busuk tanaman, buah. Saat kadar air meningkat berimbas pada kerontokan bunga dan buah.
Busuk buah ikut menjadi penyebab kerugian operasional dan paska panen. Saat mendekati masa panen pada usia 75 hari proses pengikatan tangkai buah jadi solusi. Proses pengikatan bertujuan untuk menghindari agar buah tidak berada dekat dengan tanah.