Ada Tradisi Ba Chuan Permintaan Pandan Wangi di Lampung Melonjak

Editor: Maha Deva

Tanaman pandan atau Pandanus amaryllifolius berdaun lebar, kerap menjadi kemasan kue bakcang. Ia menjual daun pandan seharga Rp1.000 perlembar, selain daun pandan wangi, jenis pandan laut berukuran lebih lebar, dijual Rp2.000 perlembar. Selain untuk kemasan bakcang, daun pandan dipakai untuk pewangi makanan, minuman.
Peluang menjual daun pandan telah memberinya penghasilan tambahan. “Penggunaan rutin daun pandan kerap saya campurkan dalam bunga tabur yang saya jual untuk ziarah makam, bunga tabur saat takziah atau pemakaman, namun sebagian dibeli untuk kebutuhan pembuatan minuman kolak serta nasi uduk agar aroma lebih wangi,” terang Hidayati saat ditemui Cendana News, Senin (14/6/2021).
Sartono dan Hasanah, warga Desa Hurun, Kecamatan Teluk Pandan menyebut, tanaman itu dibudidayakan secara vegetatif memakai akar sulur. Tunas yang muncul dari akar sulur, akan tumbuh menyamping menjadi individu baru. Tanaman tersebut kerap ditanam di tepi kolam, aliran air sungai karena memiliki kebutuhan air yang tinggi. Tanpa perawatan khusus, tanaman pandan akan semakin subur saat daun sering dipanen. “Kebutuhan daun pandan dengan ciri khas aroma wangi banyak untuk makanan tradisional,” ulasnya.
Pemanenan daun pandan wangi, menyesuaikan permintaan. Sebagian daun kerap dipesan untuk sejumlah perajin rangkaian bunga, usaha makanan. Pesanan rata-rata mencapai 100 lembar untuk sekali pengiriman ke wilayah Bandar Lampung dan sejumlah kota di Lampung. Mendekati tradisi Ba Chuan dengan pembuatan kue bakcang memakai daun pandan, ia bisa memasok hingga 300 lembar ke sejumlah pasar.
Sartono menyebut, sebagai wilayah dekat pantai, di wilayah itu juga tumbuh pandan pantai. Memiliki ukuran lebih lebar, pandan pantai banyak tumbuh di rawa. Kebutuhan tanaman yang banyak dipakai untuk pembuatan tikar, kemasan makanan dan kerajinan membuat sebagian warga mempertahankan tanaman itu. Namun imbas penggunaan lahan untuk tambak, tanaman pandan pantai semakin berkurang. “Kini lebih dominan petani menanam pandan wangi di tepi kolam, sawah dan aliran sungai meski harga murah tapi bisa menghasilkan uang,”ulasnya.
Penggunaan daun pandan untuk membuat bacang, diakui Hasanah. Bacang atau bakcang, dibuat dari beras ketan putih, isian daging sapi, daging ayam, irisan tempe, jamur.  Warga asal Bangka itu membuat bacang untuk dibagikan kepada kerabat. Memakai kemasan daun pandan wangi, kuliner bacang menjadi santapan pengganti nasi. “Bacang yang dibuat telah mengalami kombinasi sehingga semakin dikenal sebagai makanan halal,” ulasnya.
Pembuatan bacang atau bakcang dengan pemakaian daun pandan erat kaitannya dengan hari Ba Chuan. Ali Sutomo, juru pelihara vihara Ciang Cin Miao atau Vihara Senopati menyebut, makan bacang dilakukan pada 5 bulan 5 (Go Guek Che Go) pada penanggalan lunar Tionghoa. Pada tahun masehi 2021 ini, jatuh pada 14 Juni 2021. Hal itu dilakukan, sebagai simbol harapan baik.
Kue bacang, yang dibungkus daun pandan wangi, disebut Ali Sutomo berbentuk runcing seperti tanduk sapi. Seiring perkembangan zaman, kuliner itu disajikan sebagai hidangan untuk kerabat dan tetangga sebagai tanda berbagi. Nilai pluralisme, membuat kue bacang dibuat dengan isian daging ayam, sapi, tempe yang halal. Tradisi pembuatan bacang, ikut menjadi sumber penghasilan bagi pedagang daun pandan wangi.
Lihat juga...