Cari Solusi ‘Stunting’ BKKBN Libatkan Asosiasi Profesor
JAKARTA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melibatkan Asosiasi Profesor Indonesia untuk membahas sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait stunting demi menciptakan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul.
“Stunting masih merupakan kendala dalam pembangunan SDM Indonesia. Stunting adalah kekurangan gizi pada bayi di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa pagi.
Menurut Hasto, bayi stunting tumbuh lebih pendek dari standar tinggi balita seumurnya karena mengalami kekurangan gizi menahun. “Tapi ingat, stunting itu pasti bertubuh pendek, sementara yang bertubuh pendek belum tentu stunting,” katanya.
Dalam rangka membahas solusi sekaligus edukasi bagi masyarakat terkait stunting BKKBN menggelar “Seminar 100 Profesor Bicara Stunting” yang dilaksanakan secara virtual yang diikuti sekitar 5.698 peserta.
Menurut Hasto, acara tersebut diselenggarakan mulai 5-8 Juli 2021 dengan melibatkan 11 Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Wilayah Indonesia Barat di Indonesia, di antaranya, Yogyakarta, Riau, Bengkulu, Jawa Timur, Jambi, Banten, Babel, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Hasto mengatakan Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun dari 27,7 persen di awal 2021 menjadi 14 persen pada 2024.
Kondisi masyarakat sekarang, kata Hasto, membutuhkan SDM yang unggul untuk Indonesia maju. “Karena kita lihat bahwa proporsi pemuda cukup besar dan menjadikan beban yang besar juga bagi bangsa dan negara untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas,” katanya.