Komoditas Jahe Gajah, Potensial Dibudidayakan Secara Tumpang Sari

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Budidaya jahe gajah sebut Jalil juga memanfaatkan pekarangan. Agar bisa dipindahkan, ia memanfaatkan media tanam polybag, karung bekas.

Media tanam yang subur disiapkan dengan memakai tanah, kompos. Jahe gajah yang ditanam pada polybag sebutnya bisa menjadi sumber bumbu dapur. Tanpa harus membeli istrinya bisa memasak dari hasil panen jahe di pekarangan.

Komoditas jahe gajah atau jahe putih dikembangkan Saminem sebagai tanaman tumpang sari. Ciri tanaman jahe gajah tua dan siap dipanen sebutnya batang atau tanaman kering.

Jahe gajah yang belum dipanen milik Saminem menunggu pesanan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Pesawaran, Lampung, Senin (30/8/2021) – Foto: Henk Widi

Ia menyebut sebelum dipanen jahe gajah masih bisa disimpan dalam tanah. Jahe yang belum dipanen masih bisa dipertahankan pada lahan hingga dua pekan. Saat ada pesanan dari pengepul jahe gajah bisa dipanen.

Sebagian jahe gajah yang dipanen sebut Saminem akan digunakan untuk bibit. Sebelum digunakan sebagai bibit, semua rimpang harus dikeringkan.

Agar memiliki kualitas yang baik, sebelum dipotong ukuran kecil sebagai sumber tunas, jahe harus disortir. Jahe gajah yang dipanen saat usia delapan bulan sebutnya kerap dibeli pabrik untuk bubuk bahan jamu.

“Petani jahe gajah bisa mendapatkan keuntungan saat panen sebagai hasil sampingan dari komoditas lainnya,” beber Saminem.

Saminem menyebut jahe gajah sebetulnya bisa dipanen usia empat bulan. Sebagai jahe muda, jahe gajah tersebut bisa digunakan untuk pembuatan manisan.

Namun pengolahan skala rumah tangga yang belum dilakukan membuat petani memilih memanen usia delapan bulan.

Lihat juga...