Seni Betawi Lakon ‘Bapak Jantuk’ Ajarkan Cara Arungi Kehidupan
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Tak hanya sekadar menyajikan pertunjukan, seni Betawi juga memiliki cara untuk mengedukasi masyarakat terkait bagaimana seharusnya mengarungi bahtera kehidupan, salah satunya melalui lakon Bapak Jantuk.
Koreografer Asosiasi Seniman Tari (ASETI), Atien Kisam, menjelaskan lakon jantuk atau lakon Bapak Jantuk sudah mulai banyak dihilangkan. Karena itu, jika ada pementasan Bapak Jantuk, antusiasme masyarakat pasti tinggi.
“Lakon jantuk ini terkait dengan penokohan yang mengajarkan tentang bagaimana berumah tangga. Filosofisnya adalah pasar baru kota inten, layang-layang di pinangsia, bisa makan bisa simpen, jangan dibuka itu rahasia. Yang bermakna tak satu pun kejadian di rumah tangga itu yang didengar oleh orang lain. Harus diselesaikan sendiri,” kata Atien, dalam acara seni, Minggu (22/8/2021).

Ia menyampaikan, lakon Bapak Jantuk biasanya ditampilkan dalam segmen akhir Topeng Betawi, sekitar pukul 02.00 – 03.00, setelah lakon utama selesai dipentaskan.
“Dini hari dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memberikan pelajaran hidup dan perenungan melalui tokoh Bapak Jantuk, dengan cara menari, menyanyi, berpantun, bermonolog, dan dialog,” urainya.
Lakon Bapak Jantuk, lanjutnya, bercerita tentang keluarga batih (red: bahasa Betawi yang berarti inti) Bapak Jantuk yang terdiri dari Bapak Jantuk, Ibu Jantuk, Jantuk, Teman Jantuk, dan Mertua Jantuk.
“Pakem lakon selalu sama dan dipentaskan berulang-ulang, dengan tema utamanya adalah kerukunan dalam keluarga. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari lakon ini, baik bagi mereka yang baru akan menikah atau sudah berkeluarga,” urainya.