30 Tahun Naryo Menggantungkan Hidupnya dari Bongkahan Batu-batu Raksasa
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
YOGYAKARTA — Di kawasan Kali Gendol, lereng Gunung merapi, Naryo (60) nampak sibuk berkutat dengan pekerjaannya. Ia nampak memukul-mukul batu berukuran raksasa dengan menggunakan bodam kecil miliknya.

Secara perlahan, ia bentuk batu andesit yang sangat keras itu menjadi persegi panjang. Peralatan tukang batu seperti palu, linggis, hingga bermacam jenis pahat nampak di sampingnya.
Setelah batu besar berukuran panjang sekitar 150cm itu mulai terbentuk, ia akan melanjutkan pekerjaannya dengan menatah dan menghiasnya menjadi sebuah nisan cantik yang laku dijual.
“Saya sudah 30 tahun lebih menjadi pengrajin nisan. Setiap hari saya datang ke kawasan penambangan batu dan pasir ini untuk membuat nisan. Ya karena memang sudah pekerjaan saya,” kata kakek 4 cucu itu, Selasa (21/09/2021).
Ya, Naryo merupakan satu dari sekian banyak masyarakat sekitar yang menggantungkan hidupnya dari hasil menambang batu di kawasan kali Gendol lereng Gunung Merapi. Selama berpuluh-puluh tahun mereka menambang material muntahan gunung Merapi untuk penghidupan mereka.
Meski begitu, para penambang manual seperti Naryo, memang mulai tersisihkan. Mereka kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang menambang material dengan peralatan berat dengan muatan ratusan truk setiap harinya.
“Saya biasa berangkat pagi lalu pulang sore hari. Seharian bekerja paling saya hanya bisa membuat 1 buah nisan. Biasanya ketika sudah terkumpul 12-15 biji, kurang lebih sekitar 3 minggu, nisan itu saya jual. Diambil langsung oleh pedagang. Satu buah nisan biasanya dihargai Rp500 ribu,” katanya.