Lahan Pertanian di Kota Palu Menyusut

PALU – Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengatakan lahan pertanian di kota itu terus mengalami penyusutan, karena terjadi alih fungsi lahan untuk pengembangan infrastruktur, khususnya perumahan serta akibat dampak bencana alam.

“Tidak bisa di pungkiri, masyarakat menjual lahan pertanian mereka untuk kebutuhan ekonomi, selain itu banyak lahan tidur telah dialihfungsikan untuk pembangunan perumahan,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kota Palu, Nur Laila, yang ditemui di Palu, Senin (20/9/2021).

Ia memaparkan, pada 2020 luas baku lahan persawahan tersisa tinggal 266,2 hektare dari 365,7 hektare pada 2019, yang sebelumnya posisi lahan produktif kini menjadi tidak produktif, dipicu saluran irigasi tidak lagi dialiri air akibat dampak gempa, tsunami dan likuefaksi.

Salah satu contoh, areal persawahan produktif seluas 27,5 hektare di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan hilang akibat dampak gempa dan likuefaksi.

“Pengembangan kawasan perumahan oleh pihak pengembang menjadi salah satu alasan berkurangnya lahan persawahan di Palu,” ucap Laila.

Meski terjadi penyusutan pada sektor tanaman pangan, petani di daerah itu masih tetap berproduksi dengan sisa lahan yang ada. Sebagaimana data yang di rilis Dinas Pertanian setempat, bahwa pada 2020 luas panen komoditas padi sekitar 190 hektare lebih, dengan hasil produksi mencapai 645,46 ton dari besaran produktivitas 33,90 kwintal/hektare.

“2019 produksi padi petani berada di angka 624,27 ton dengan luas panen 237, 20 hektare dan produktivitas sekitar 33,90 kwintal/hektare, jika dibandingkan tentu terjadi penurunan angka produksi,” ungkap Laila.

Lihat juga...