Lumbung Padi Petani di Lamsel Jaga Ketahanan Pangan
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Impor beras bisa diminimalisir, bahkan dicegah, jika produksi padi petani dalam negeri melimpah, dengan didukung kesadaran untuk menyimpan stok untuk kebutuhan sendiri. Kearifan lokal masyarakat petani di Lampung Selatan, pun telah melakukan hal itu sehingga tak pernah mengalami kekurangan beras. Sebaliknya jika terjadi impor beras, mereka justru merasa rugi karena harga beras lokal, anjlok.
Suyatinah, petani di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan, sejak turun-temurun melakukan penyimpanan gabah dan beras di lumbung sebagai stok pangan. Ia memiliki dua bidang sawah, dengan luas total dua bidang sawah hanya setengah hektare.
Pada satu bidang lahan sawah, ia menanam padi varietas Ciherang dan varietas IR 64. Meski menunggu usia panen saat padi menguning 120 hari, ia masih memiliki stok sekitar 20 karung gabah. Ia bahkan masih memiliki cadangan beras sekitar lima kuintal dua pekan sebelum panen. Swasembada dilakukan petani secara tradisional memanfaatkan gudang atau lumbung.
Suyatinah mengaku sudah sejak puluhan tahun memiliki lumbung, yang dibuat khusus untuk penyimpanan gabah kering giling (GKG). Gabah kering panen (GKP) terlebih dahulu harus dijemur sebelum disimpan di lumbung. Prinsip menghindari menjual gabah dipertahankan untuk kemandirian pangan. Saat paceklik atau gagal panen, ia masih memiliki stok gabah.
