Anak dan Remaja Ternyata Dapat Terpapar Osteoporosis
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ia juga menyatakan osteoporosis pada anak dapat juga disebabkan oleh gangguan kebiasaan makan.
“Anoreksia dan bulimia juga bisa menjadi salah satu penyebab osteoporosis pada anak. Dimana, perilaku dari pengidap anoreksia dan bulimia menyebabkan asupan kalsium anak menjadi sangat sedikit,” kata dr. Titus.
Osteoporosis pada anak dan remaja biasanya menunjukkan gejala yang serupa dengan osteoporosis pada orang tua.
“Keluhan yang acap kali muncul adalah nyeri tulang. Terutama di tungkai, lutut, pergelangan kaki, yang dirasakan saat berjalan dan semakin lama semakin berat,” ujarnya.
Riwayat patah tulang berulang dengan trauma yang ringan, lanjutnya, juga patut diwaspadai sebagai risiko yang mungkin menimbulkan osteoporosis.
“Perawakan yang pendek dan tulang belakang membungkuk atau condong ke belakang juga merupakan tanda yang patut diwaspadai sebagai tanda osteoporosis pada anak. Bila anak mengalami gejala-gejala tersebut, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan seperti bone mineral density (BMD) dan pemeriksaan lainnya. Tujuannya untuk menentukan diagnosis serta mencari tahu penyebabnya,” ujarnya lagi.
dr. Titus menyebutkan pada sebagian besar kasus, osteoporosis pada anak dapat ditata-laksana.
“Terapi meliputi penanganan penyakit yang mendasar serta memberi motivasi kepada anak untuk melakukan aktivitas fisik dengan monitor dari tenaga kesehatan dan fisioterapis untuk meningkatkan kepadatan tulang,” tuturnya.
Pemantauan dari tenaga kesehatan sangatlah penting untuk memastikan aktivitas tersebut memang membantu pertumbuhan tulang, aman, serta tidak berisiko menyebabkan patah tulang.