Menelusuri Pelabuhan Kuno Jortan, Pusat Perdagangan di Masa Lalu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Terlepas dari silang pendapat tentang di mana lokasi Kota Pelabuhan Jortan, fakta bahwa Kota Pelabuhan Jortan adalah lokasi yang ramai dan pusat perdagangan tak bisa ditepis dengan adanya berbagai peta. Hingga awal abad 18, nama Jortan maupun variasi padanan katanya masih menghiasi berbagai literatur. Tapi setelah awal abad 18, Kota Pelabuhan Jortan ini tak pernah ditemukan lagi.

Pengajar Sejarah SMA As Saadah Gresik, Eko Jarwanto, menyebutkan pada masanya, yaitu antara awal abad 15 hingga abad 17, Kota Pelabuhan Jortan merupakan salah satu kota pelabuhan besar.

Pengajar Sejarah SMA As Saadah Gresik, Eko Jarwanto, memaparkan keberadaan kota pelabuhan Jortan beserta perkembangannya, dalam talk show online pelabuhan kuno oleh AGSI, Minggu (31/10/2021) – Foto: Ranny Supusepa

“Walaupun saat ini sudah tak terlihat lagi sisa masa kejayaannya tapi menurut beberapa literatur sejarah, saat itu termasuk yang besar. Di mana rempah-rempah dari Maluku yang akan disalurkan ke Banten, harus melewati Pelabuhan Jortan ini. Selain itu juga komoditas lokal berupa garam dan kuda,” kata Eko dalam talk show online Pelabuhan Kuno oleh Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI), Minggu (31/10/2021).

Dokumen pertama yang menyebutkan terkait Jortan adalah naskah RA Kern yang diduga berdasarkan pada Salasilah Gresik, menyatakan bahwa pedagang kaya dan pemilik banyak kapal Nyai Ageng Pinatih bertempat tinggal di Jartan pada tahun 1458 hingga 1478.

Dan penyebutan Jortan juga muncul pada tahun 1442 -1506 yaitu pada masa Sunan Giri atau Raden Paku, yang walaupun lebih dikenal sebagai wali penyebar agama tapi sebenarnya juga merupakan saudagar dan merupakan anak asuh dari Nyai Ageng Pinatih.

Lihat juga...