Puluhan Sungai Kecil di Pulau Bintan Berubah Fungsi

TANJUNGPINANG – Pengamat lingkungan, Kherjuli, menyatakan lebih dari 30 sungai kecil di Pulau Bintan (Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan) telah berubah fungsi karena kepentingan ekonomi dan aktivitas pembangunan.

“Sungai-sungai kecil atau anak sungai kerap dianggap parit sehingga ditutup, berubah fungsi menjadi bangunan, jalan, tempat usaha dan rumah penduduk. Ini sangat kami sayangkan,” kata Kherjuli, di Tanjungpinang, Senin (29/11/2021).

Presiden LSM Air, Lingkungan dan Manusia, itu mengatakan kondisi Pulau Bintan makin rentan banjir karena tidak ada sungai yang mengalir ke laut. Kondisi itu diperparah dengan pohon bakau yang rusak parah, dan lahan terbuka yang terdapat kubangan usai jadi tambang bauksit dan pasir.

“Kalau drainase yang belum memadai itu bagian kecil dari persoalan banjir, maka sungai-sungai kecil itu persoalan besar, yang potensial menimbulkan banjir,” ujarnya.

Dia meminta pemerintah daerah dan warga untuk mewaspadai potensi curah hujan yang tinggi pada Desember 2021.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Taanjungpinang, volume curah hujan diperkirakan naik dari 20-70 persen dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan lama.

Dengan kondisi saat ini, upaya antisipasi hanya dapat meminimalisir banjir dan genangan air, pada kawasan tertentu. Hal yang harus dilakukan seperti memastikan aliran air di drainase tidak tersumbat.

“Saya pikir setiap pemda sudah memetakan lokasi rawan banjir dan genangan air, seperti di Tanjungpinang ada 32 titik. Di lokasi itu harus dipastikan dari hulu ke hilir air hujan mengalir,” ucapnya.

Pemerintah daerah diharapkan tidak menganggap sepele persoalan banjir setinggi lutut orang dewasa itu. Banjir setinggi orang dewasa itu membahayakan anak-anak dan ibu hamil, apalagi disertai arus yang kuat.

Lihat juga...