Ponpes Al-Ittifaq Jadi Percontohan Nasional Digitalisasi Pertanian
Editor: Koko Triarko
Gubernur mengatakan, selama tiga tahun program OPOP ini berjalan sudah ada 3.000 pesantren di Jabar yang memiliki bisnis sendiri.
Bahkan, 17 persennya sudah berbasis digital.
“Selama tiga tahun arahan Pak Wapres sudah kami laksanakan, sehingga pesantren-pesantren yang punya bisnis sudah lebih dari tiga ribu, 17 persennya sudah digital dengan Internet of Things (IoT) termasuk yang terbesar di Al-Ittifaq,” ujar Ridwan Kamil.
Ia mengatakan, pemberdayaan ekonomi pesantren tak bisa dipandang sebelah mata.
Al-Ittifaq yang notabene bukan korporasi besar mampu membuktikannya, sehingga sukses bertaraf internasional.
“Jangan anggap remeh ekonomi pesantren, Al-Ittifaq ini sudah kelas dunia. Kerja samanya sudah dengan Jepang, Belanda, dan ini bukanlah korporasi besar,” katanya.
Untuk Ponpes lainnya di Jabar, Kang Emil berharap bisa bekerja sama dengan Al-Ittifaq dalam memasarkan produk-produk pesantren dengan pola satu pintu.
Selanjutnya, Al-Ittifaq yang sudah punya pengalaman akan bernegosiasi dengan pasar.
Untuk Ponpes yang kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via Al-Ittifaq, karena kalau dari pesantren langsung ke pasar banyak dinamika yang akhirnya merugikan.
“Jadi, mending satu pintu Al-Ittifaq yang nanti akan bernegosiasi dengan pasar,” tuturnya.
Kang Emil berharap,ke depan seluruh pesantren memiliki model bisnis seperti Al-Ittifaq.