Toko Ganja di Laweyan Kota Solo Berubah Jadi Mushola
Admin
Menteri Sosial Indonesia pertama, Mulyadi Joyo Martono, kemudian meresmikannya. Dan, memberinya nama Langgar Merdeka.
Kata ‘merdeka’ dipilih untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia pada waktu itu.
Sayangnya, saat Agresi Militer Belanda II pada sekitar tahun 1949, nama Langgar berubah menjadi Al-Ikhlas.
Perubahan ini karena ada pelarangan penggunaan kata ‘merdeka’ oleh Belanda, yang waktu itu menduduki Kota Solo.
Namun setelah Agresi Militer Belanda II berakhir pada tahun 1950, masyarakat kembali menggunakan kata ‘merdeka’ untuk menamai Langgar tersebut.
Sebagai bangunan bersejarah, pada tahun 2012 pemerintah menetapkan Langgar Merdeka sebagai bangunan cagar budaya.
Hingga kini, Langgar Merdeka masih lestari. Masyarakat setempat menghidupkannya sebagai tempat ibadah yang tak pernah sepi jemaah.
Bahkan, Langgar Merdeka ini menjadi salah satu destinasi wisata religi. Keberadaannya melengkapi kampung wisata Batik Laweyan.
Masyarakat setempat bersama jemaah juga berinisiatif mendirikan yayasan nonprofit. Namanya Yayasan Langgar Merdeka Kampoeng Baik Laweyan.
Yayasan tersebut berdiri pada 4 Desember 2006, untuk memperkuat pengelolaan dan pengembangan Langgar Merdeka.