28 Oktober 1992, Presiden Soeharto: Tak akan ada petaka jika setia kepada Pancasila
Presiden Soeharto menyatakan, kesetiaan terhadap Pancasila tidak akan membawa bencana dan malapetaka pada kehidupan bangsa dan negara, apapun perbedaan yang terjadi di antara bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini.
“Karena itu saya ajak agar kaum muda tetap memelihara kesetiaan yang seteguh-teguhnya terhadap Pancasila,” kata Kepala Negara pada peringatan Hari Sumpah Pemuda Hari Pemuda ke-64 di Istora Senayan, Rabu (28/10/1992).
Acara peringatan yang sederhana namun cukup meriah itu dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Ibu Sudharmono, pejabat tertinggi dan tinggi negara, para menteri, duta besar, serta kaum muda, mahasiswa serta pelajar ibukota.
Menurut Presiden, kalau ideologi nasional ini benar-benar menjadi landasan dan pegangan dalam berbangsa, dan membangun negara, bangsa Indonesia akan terhindar dari nasib seperti negara-negara yang terpecah belah, bahkan dilanda perang saudara, hanya karena perbedaan suku atau agama.
Dikemukakan, dengan menyadari berbagai kekurangan yang masih terdapat di berbagai bidang, serta dengan penuh syukur kepada Tuhan, Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyadari bahwa apa yang sudah dicapai selama ini merupakan prestasi yang besar.
Rasa syukur tadi terasa makin besar lagi jika menyaksikan masih ada sejumlah bangsa yang dewasa ini masih bergulat hebat mengenai masalah dasar dan tujuan nasional yang hendak dicapainya, beberapa diantaranya bahkan telah terpecah-pecah menjadi negara-negara yang lebih kecil.
“Semuanya itu membuat kita makin menghargai persatuan dan kesatuan bangsa, karena itu persatuan dan kesatuan dari bangsa kita yang majemuk itu perlu terus dipelihara dan dikembangkan secara dinamis, untuk kemudian didayungkan sebagai sarana dalam membangun masa depan yang kita dambakan,” kata Presiden