8-10-1976, Presiden Soeharto dan PM Fraser resmikan Pabrik Bangunan dan Pipa Asbes di Tangerang
Bahas ASEAN, Perdamaian dan Timor Timur
Dalam menghadapi tugas dan tantangan pembangunan yang demikian itu, kita selamanya sadar, bahwa berhasilnya pembangunan sepenuhnya berada di pundak bangsa Indonesia sendiri. Hanya kita sendiri juga yang dapat mengambil keputusan-keputusan dan memelihara gerak yang diperlukan untuk pembangunan itu.
“Namun demikian, kita memandang mungkin dan perlu memanfaatkan segala potensi dari luar; yang dapat menunjang dan bersama-sama kita membangun negeri ini. Sebab itu kita membuka pintu bagi penanaman modal asing. melalui penanaman modal asing inilah kita harapkan mengalirnya modal, pengetahuan, ketrampilan, penerapan teknologi dan kemampuan kepengusahaan ke mari; yang memang sangat kita perlukan untuk mempercepat gerak pembangunan,” sebut Presiden Soeharto.
Kepala Negara mengharapkan agar modal swasta asing mampu dan mau menyesuaikan kepentingannya dengan dasar-dasar dan arah pembangunan Indonesia berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditegaskan dalam Undang-undang Penanaman Modal Asing.
Dikatakannya bahwa kepada investor-investor asing itu kita telah memberikan rangsangan dan fasilitas-fasilitas yang menarik. Sebagai imbalannya kita pun mengharapkan penanaman modal asing ikut mendorong maju pembangunan menurut arah yang kita cita-citakan. Demikian Presiden Soeharto.
Pada malam harinya, Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Negara menyelenggarakan jamuan santap malam untuk menghormati tamu negara, Perdana Menteri dan Nyonya Fraser.
Dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain telah berbicara mengenai ASEAN dan masalah-masalah perdamaian, serta Timor Timur.
Menyangkut soal yang terakhir ini, Presiden mengatakan bahwa bagi bangsa Indonesia masalah Timor Timur adalah masalah penghapusan penjajahan dan penentuan masa depan mereka sendiri. Mereka telah menyatakan penggabungan dengan saudara-saudara sekandungnya dari Indonesia, dan bangsa Indonesia pun telah menerimanya dengan tanggungjawab.