Kilas Balik, Pak Harto: Sejarah yang akan membuktikan
Untuk edisi Jumat, 4 November 2022, Cendana News memuat kembali tulisan dari Siti Hediati Hariyadi (Mbak Titiek)[2] yang dimuat di Buku “Pak Harto The Untold Stories” dengan judul Pak Harto: Sejarah yang akan Membuktikan[1].
—
Di masa kecil saya, sebelum Bapak menjadi presiden, kami tinggal di Jalan H. Agus Salim, Jakarta Pusat. Rumah kami persis di depan bundaran. Sebagai Ketua RT, setiap hari Minggu Bapak mengajak kami sekeluarga ikut kerja bakti bersama-sama warga membersihkan lingkungan, baik itu got, taman, maupun pekarangan rumah sehingga kami dan tetangga saling mengenal dengan baik.
Biasanya, usai kerja bakti, Bapak membawa kami sekeluarga jalan-jalan ke daerah Kota untuk makan bakmi Pinangsia, bakmi Gang Kelinci, atau bubur ikan. Begitulah cara Bapak meluangkan waktu untuk menghibur kami, keluarganya. Dan itu saya rasakan sebagai suatu kemewahan dan kebahagiaan yang masih saya kenang sampai sekarang.
Setelah Bapak menjadi presiden, kami pindah ke Jalan Cendana. Sejak itu saya tidak pernah lagi merasakan kemewahan pergi jalan-jalan dan makan di restoran bersama Bapak. Bagi Bapak, kepercayaan yang diberikan oleh rakyat kepada beliau sebagai presiden adalah amanah dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Semua tenaga, pikiran, dan waktu yang beliau miliki, sejak itu adalah semata-mata untuk kepentingan bangsanya.
Kami, anak-anak, adalah urusan Ibu…
Mendahulukan Negara dan Bangsa
Saya masih ingat tahun 1985 ketika saya akan diwisuda sebagai sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia. Sebagaimana kita ketahui, setiap orang yang diwisuda pasti mengharapkan kehadiran orang-orang yang dicintainya di acara yang penting tersebut, demikian pula dengan saya. Saya belajar bertahun-tahun berusaha menunaikan tugas saya sebagai anak untuk menyelesaikan pendidikan sampai akhirnya mendapatkan gelar sarjana. Semua itu saya lakukan untuk Bapak dan Ibu agar membuat mereka bangga. Tetapi betapa kecewa dan sedihnya saya ketika pada hari wisuda yang telah ditetapkan, hanya Ibu yang bisa hadir karena Bapak harus melaksanakan tugas yang sudah jauh hari diagendakan.