Perajin sangkar burung di Sleman ini cuma manfaatkan limbah kayu

Editor: Koko Triarko

YOGYAKARTA, Cendana News – Menjadi perajin sangkar burung memang bukan pilihan pekerjaan bagi Yono Iman (47), warga Kalitirto, Berbah, Sleman, ini.

Namun sejak mengalami kebangkrutan akibat pandemi Covid-19, ia yang awalnya bekerja sebagai pedagang sembako banting stir menjadi perajin sangkar burung.

Siapa sangka, ternyata profesi sebagai perajin sangkar burung itu bisa mendatangkan penghasilan yang terbilang lumayan.

Dari hasil membuat sangkar burung itu ia bahkan bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

“Awalnya hanya hobi pelihara burung saja. Lalu coba-coba bikin sangkar. Ternyata banyak yang pesan. Sampai sekarang jadi pekerjaan utama,” katanya.

Ditemui di tempat produksi sangkar burung miliknya, dusun Ngajek, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yono mengaku bisa membuat berbagai jenis sangkar burung peliharaan.

Seperti untuk burung kenari, murai, trucukan, pleci, kacer, branjangan, dan berbagai jenis macam burung lainnya.

Menurut Yono, setiap jenis burung itu memiliki tipe kurungan yang berbeda-beda.

“Ada yang kotak, ada juga yang bulat. Ukuran ruji juga berbeda. Tergantung ukuran burung yang akan dipelihara,” jelasnya.

Memanfaatkan bahan kayu jati bekas limbah mebeler, Yono bisa membuat dua  sangkar dalam satu hari.

Sangkar itu biasanya dijual mulai dari harga Rp55.000 sampai Rp450.000.

“Paling murah itu sangkar kotak ukuran standar ternak kenari. Sedangkan paling mahal sangkar branjangan yang berbentuk segi delapan, karena untuk membuatnya butuh waktu lama,” ungkapnya.

Meski bukan barang kebutuhan pokok, Yono mengaku tak pernah sepi pesanan.

Setiap hari ia selalu saja menerima pesanan sangkar, baik dari pedagang, peternak maupun penghobi.

Lihat juga...