14 Desember 1989, Presiden Soeharto resmikan 8 Pabrik Pulp dan Kertas

KAMIS, 14 DESEMBER 1989, Presiden Soeharto melakukan kunjungan kerja selama satu hari di Aceh dalam rangka peresmian delapan pabrik pulp dan kertas.

Pabrik-pabrik yang tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, dan Jawa Timur diresmikan secara serentak dalam suatu upacara di lokasi pabrik kertas kantong semen PT Kertas Kraft Aceh di Kruenggeukuh, Lhokseumawe, Aceh Utara. Kedelapan pabrik tersebut memerlukan investasi sebesar Rp400 miliar lebih dan US$520 juta.

Dengan beroperasinya pabrik-pabrik ini, diharapkanakan dapat menghemat devisa sebanyak US$207.425.600,- per tahun, dan ekspor produksinya mencapai US$165.977.800,- setiap tahunnya. Tenaga kerja yang diserap berjumlah 6.370 orang, disamping 132 tenaga kerja asing.

Dalam amanatnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa dalam membangun industri yang menggunakan hasil hutan sebagai bahan bakunya, kita tetap menyadari pentingnya arti hutan-hutan kita bagi kelestarian lingkungan hidup.

“Pembangunan industri pulp dan kertas tidak boleh sampai merusak kelestarian hutan,” kata Kepala Negara.

Hutan-hutan itu tidak saja penting sebagai sumber bahan baku industri, tetapi juga penting bagi kehidupan seluruh umat manusia. Karena itu kita bertekad untuk membangun tanpa merusak lingkungan hidup. Arah inilah yang kita tempuh dalam melaksanakan pembangunan. Demikian ditegaskan Presiden.

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 21 Maret 1988 – 11 Maret 1993”, hal 240. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: Nazaruddin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Lihat juga...