WAWASAN NUSANTARA, WARISAN PRESIDEN SOEHARTO YANG DILUPAKAN
Oleh: Abdul Rohman
Penopang ideologi peradaban Nusantara itu pasca era kolonial direkonstruksi oleh generasinya Bung Karno.
Ideologi penyangga peradaban rakyat Nusantara itu kita kenal formulasinya sekarang dengan sebutan Pancasila.
Wawasan historis menekankan pemahaman, bahwa bangsa Indonesia merupakan sadar peradaban dan kepemimpinan. Di wilayah ini pernah jatuh bangun kekuasaan raja-raja dari waktu ke waktu. Mereka memiliki luasan skala kekuasaan yang beragam.
Pantulan kekuasaan masa lalu itu masih sering ditemukan dalam dinamika politik Indonesia modern. Kepemimpinan nasional masih sering menjustifikasi dirinya sebagai pewaris kemahsyuran kekuasaan masa silam.
Pemahaman terhadap kontradiksi-kontradiksi pantulan energi kekuasaan masa silam akan memudahkan dalam mengelola dan meredam gejolak politik yang beragam warna. Inilah salah satu kunci kepemimpian Presiden Soeharto berlangsung stabil.
Ia memahami betul potensi pergesekan itu dan cara meluruhkannya.
Maka, keragaman pantulan kesadaran kekuasaan masa silam dikelola untuk memperkuat tujuan bersama pembangunan bangsa pada era baru. Bukan justru menjadi barier.
Wawasan geopolitik menekankan interseksi suprastruktur kekuasaan Nusantara dengan kawasan-kawasan di luarnya.
Nusantara sudah berkali-kali memperoleh ancaman untuk disubordinasi kekuatan-kekuatan eksternal. Alhasil, bangsa ini terus bangkit dan eksis.
Pemahaman terhadap wawasan geopolitik ini akan membentuk kolektivitas kesadaran berbangsa untuk mengantisipasi beragam ancaman dari luar.
Wawasan ini menjadi pedoman early warning system (sistem kewaspadaan dini) datangnya HTAG (Hambatan, Tantangan, Ancaman dan Gangguan) terhada eksistensi Nusantara.