Soeharto Selamat dari Pembantaian Kemusuk, tapi ‘Gugur’ dalam Kepres 02 tahun 2022
Jurnalis : Jatmika H Kusmargana
Upacara pagi pada 28 Februari 2023 di Makam Somenggalan Kemusuk itu dipenuhi wajah sedih ratusan peserta yang datang dari berbagai penjuru dan kalangan. Dengan mengenakan pakaian gelap, Bupati Bantul Muslih Abdul Halim memimpin langsung upacara atas sejarah yang sangat muram tersebut, sekaligus menaburkan bunga penghormatan atas ratusan penduduk sipil Kemusuk dan sekitarnya yang dibantai tanpa perikemanusiaan oleh serdadu Belanda pada 7 dan 8 Januari 1949 lalu.
74 tahun lalu, para serdadu Belanda itu menyiksa dan menghabisi semua lelaki, pemuda, anak lelaki di bawah umur, bahkan ada balita yang turut menjadi korban. Mereka membabibuta hanya karena tidak bisa menemukan informasi buronan mereka yang telah melakukan serangan pada 29 Desember 1948, yaitu Letkol Soeharto sang putra Kemusuk.
Dalam catatan almarhum Probosutejo (saksi langsung peristiwa tersebut) yang tertuang dalam buku “Saya dan Mas Harto”, para lelaki yang dibunuh langsung dibuang secara keji ke dalam kobaran api rumah-rumah yang sudah dibakar lebih dahulu.
Mereka telah dilenyapkan. Tapi, ratusan Epitaf (catatan pada nisan) di Makam Somenggalan Kemusuk itu terasa masih memperdengarkan jerit sakit para korban. Mereka gugur dan dilanggar Hak Asasi hidupnya, menjadi korban kejahatan perang, tapi belum ada yang peduli untuk menjadikan mereka sebagai pahlawan.
Ratusan Epitaf yang masih terlupakan oleh Republik Indonesia inilah yang menjadi latar belakang Seminar Kebangsaan “Memaknai Peristiwa Kemusuk-Somenggalan dalam Serangan Umum 1 Maret 1949” pada Selasa pagi lalu, 28 Februari 2023 lalu di Museum Memorial Jenderal Besar Soeharto.