Handoyo, Generasi Penerus Pengrajin Topeng Malang

Handoyo


CENDANANEWS (Malang) – Terdapat beberapa macam topeng yang ada di Jawa mulai Topeng  Bondowoso, Topeng Jombang, Topeng Solo, Topeng Cirebon dan Topeng Malang yang semuanya memiliki ciri khas masing-masing. Ciri Topeng Malang adalah memiliki cula pada karakter kesatria, dan memiliki ornamen lebih banyak dibandingkan dengan topeng yang lain.

Menurut Handoyo (37) Pembuatan Topeng Malang  merupakan kerajinan turun temurun dari keluarganya.  Mbah Karimun-lah yang pertama kali membuat Topeng Malang di Dusun Kedung Monggo, ujarnya.
Berawal sekitar tahun 1940-an pada zaman penjajahan Belanda yang waktu itu disebut oleh Mbah Karimun sebagai zaman “Garis” karena di Dusun tersebut merupakan perbatasan antara orang Belanda dan orang Jawa, karena dianggap terlalu dekat dan berbahaya sehingga warga Dusun Kedung Monggo mengungsi di Dusun Nowo selama kurang lebih 2 tahun.
Topeng Malang
Namun setelah mereka kembali ke Dusun Kedung Monggo, topeng-topeng yang tidak mereka bawa ke tempat pengungsian sebagian banyak yang hilang di curi orang dan sebagian lagi di makan rayap. Karena jika Mbah Karimun harus membeli lagi semua topeng-topeng tersebut  harganya cukup mahal, akhirnya Mbah Karimun hanya membeli beberapa topeng dan kemudian dia mencoba untuk meniru dan membuat topeng malang tersebut. Mbah Karimun dibantu oleh putranya yang bernama Taslan untuk membuat topeng, hingga pada tahun 1992 Taslan meninggal dan akhirnya dia dibantu oleh salah satu cucunya yaitu dirinya (Handoyo). Mbah Karimun meninggal pada tahun 2010, sehingga kerajinan pembuatan Topeng malangan diteruskan oleh dirinya, cerita Handoyo kepada Cendana News Jumat (13/3/2015).
Bapak 2 anak ini menjelaskan bahwa terdapat 76 karakter pada Topeng Malang, yang dapat dibagi menjadi 4 penokohan. Tokoh pertama adalah tokoh baik yang diwakili oleh sosok Panji, yang kedua tokoh jahat atau antagonis, yang ketiga adalah tokoh abdi atau pembantu dengan bentuk dan ornamen yang lucu, dan yang terakhir adalah tokoh binatang, jelasnya.
Pada saat mengunjungi tempat kerjanya yang berada di Jalan Prajurit Slamet Dusun Kedung Monngo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, Cendana News berkesempatan melihat proses pengukiran dan pengecatan. Kayu yang digunakan untuk pembuatan Topeng Malang adalah kayu sengon untuk kualitas sovenir, sedangkan kayu yang digunakan untuk pementasan wayang topeng dan kolektor digunakan kayu nangka, mentaos dan kayu kembang.
Untuk proses pembuatan Topeng Malang, Handoyo menjelaskan tahap awal yang dilakukan yaitu membelah kayu yang memiliki panjang 22 cm dengan diameter 18 cm menjadi dua, kemudian kayu tersebut dibentuk segitiga, selanjutnya membentuk hidung terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan memberi batas antara wajah dan ukiran serta memperjelas karakter. Tahap selanjutnya yaitu mengukir ornamen, melubangi bagian belakang topeng, kemudian topeng di haluskan menggunakan kertas gosok (ampelas).
Setelah topeng dirasa sudah cukup halus, berikutnya masuk tahap akhir yaitu tahap pengecatan. Sebelum dilakukan pengecatan dengan berbagai warna, terlebih dahulu dilakukan pengecatan dasar dengan warna putih menggunakan cat tembok, hal ini disebabkan karena kayu memiliki pori-pori yang cukup besar terutama kayu sengon, sehingga jika langsung menggunakan cat berbagai warna tanpa menggunakan cat dasar maka cat akan dengan mudah menyerap ke dalam pori-pori kayu dan topeng akan terlihat berlubang. Setelah cat dasar mengering, barulah topeng dapat di cat menggunakan cat berbagai warna sesuai dengan karakter topeng yang diinginkan. Handoyo menambahkan, topeng yang telah selesai di cat lebih baik jangan di jemur dibawah matahari karena akan menyebabkan cat menjadi pecah-pecah, jadi untuk mengeringkan sebaiknya topeng cukup dikering anginkan saja, tambahnya.
Handoyo memiliki 4 orang pekerja laki-laki dan 3 orang pekerja perempuan yang kebanyakan berasal dari keluarganya sendiri dan masyarakat sekitar. Agar pembuatan topeng cepat selesai, Handoyo membagi-bagi tugas pada 7 orang pekerjanya tersebut dengan pembagian 2 orang bertugas sebagai pembentuk karakter wajah, 2 orang pengukir dan 3 orang bertugas untuk menghaluskan dan mengecat topeng. Dengan dibantu 7 orang pekernya tersebut, Handoyo bisa menyelesaikan 10 Topeng Malang dalam waktu 1 minggu, jelasnya.
Handoyo menggunakan media online sebagai alat pemasaranya, dari media online tersebut dia sering mendapatkan pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. Selain dari media online, dia juga mempersilakan bagi yang berminat dengan Topeng Malang buatannya bisa langsung datang ke tempat kerjanya. Handoyo mematok harga Rp. 7.000,- untuk gantungan kunci dan Rp. 100.000-500.000,- untuk topeng yang dia jual. Pada saat Cendana News berkunjung ketempatnya, Handoyo dan pekerjanya sedang menyelesaikan pesanan 1000 gantungan kunci dari Pemerintah.
Bantuan dari Pemerintah sering dia dapatkan, salah satunya yaitu bantuan dari Dinas Koperasi sebanyak Rp. 25.000.000,- yang kemudian sebagian dia gunakan untuk membeli perlengkapan membuat topeng seperti gergaji mesin, pengukir, cat dan sebagian lagi dia gunakan untuk memperluas tempat kerja, tutupnya.

———————————————————-
Jumat, 13 Maret 2015
Jurnalis : Agus Nurchaliq
Editor   : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-

Jatim
Comments (0)
Add Comment