Pantai Blebug, Saksi Bisu Ledakan Krakatau yang Menawan untuk Dikunjungi

CENDANANEWS – Memasuki akhir pekan tak ada salahnya menikmati liburan dengan suasana pantai. Kali ini Cendananews.com mengajak pejalan untuk menikmati suasana di pantai Blebug Desa Kelawi Kecamatan Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.
Sebelum samapi ke Pantai Blebug, wisatawan akan memasuki Desa Kelawi Kecamatan Bakauheni. Meskipun infrasruktur jalan masih cukup  memprihatinkan tetapi tetap sudah representatif jika dilalui dengan cukup hati hati karena ada beberapa bagian jalan yang memaksa pengunjung lebih berhati hati.
Setidaknya dari pintu masuk gerbang desa di dekat POM Garuda Hitam jika dimusim panas jalan yang dilalui sudah cukup bagus. Keramahan warga yang ada di sisi kanan dan kiri sepanjang perjalanan sedikit membasuh rasa panas yang menyengat. JIka musim buah buahan seperti sekarang ini tak mengherankan banyak penjual buah rambutan, duku bahkan durian di kanan kiri jalan kampung.
Masuk semakin dalam hamparan ladang pohon durian Monthong, karet, pohon pisang memanjakan mata. Semakin ke dalam di turunan Blebug mata akan semakin terlena dengan landscape asli di perbukitan kaki Gunung Rajabasa di kejauhan.
Bahkan kesan menarik dari kontur alam tersebut akan terlihat dari jajaran bukit bukit, tebing dan ngarai di sana sini.
Pantai Blebug atau Blebuk, berdasarkan sejarahnya yang disampaikan oleh para tua tua kampung merujuk pada kata Blebug bersumber dari kata blebug yang menurut mereka adalah Tsunami dalam bahasa sekarang. Tsunami tersebut disebabkan oleh ledakan Dahsyat Gunung Krakatau pada 1883. Jika dilihat pada perbukitan maka jejak jejak tersebut terlihat dengan adanya batuan batuan yang seperti lelehan lava yang mengeras.
Bagi yang berasal dari Pulau Jawa dengan naik kapal Ferry, Pantai Blebug terletak tak jauh dari pelabuhan Bakauheni. Tidak sampai satu jam perjalanan dari Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, naik ojek atau mobil pribadi. Jalan sangat jelek tapi menawarkan pemandangan hijau berliku yang bervariasi : kebun pisang, kelapa, perkampungan, sawah, samar-samar laut. Pantainya sendiri masih perawan.
Ada deretan potongan-potongan karang yang terhampar jadi benteng antara laut dan pantai berpasir putih. Sesampainya di pantai tersebut yang terhampar adalah air, karang, batu dan pasir. Beberapa meter dari pantai. Lihat, ada burung besar melayang di atas! Dan para nelayan yang baru pulang melaut di ujung pantai sebelah sana itu mendapatkan banyak ikan karena bulan belum purnama. 
Suasana hening, dan laut yang membiru menjadi pemandangan awal saat menginjakkkan kaki di pasir pantai. Sebuah perbedaan yang kontras saat menghadap ke laut. Di sisi kanan menghadap ke pantai yang terlihat hamparan pasir nyaris tak ada batu terhampar.
Namun di sisi kiri kulihat hamparan batu berbagai jenis dan beberapa diantaranya menyerupai benteng pelindung pantai. Berdasarkan keterangan warga batu batu tersebut adalah sedimen dari lava yang dimuntahkan oleh Gunung Krakatau saat mengalami letusan dahsyat ratusan tahun lalu dan kini melahirkan gunung yang dinamakan Gunung Anak Krakatau. Batu batu tersebut seperti tersusun dengan rapi dan melekat satu sama lain seperti disemen.
Beberapa nelayan terlihat mencari ikan dengan cara tradisional menggunakan jaring. Beberapa perahu tertambat di samping dermaga apung yang ada di pantai tersebut.
Ombak putih yang berkejar kejaran menjadi pemandangan lengkap dengan pemandangan Gunung Pulau Sebesi, Gunung Rakata Purba, Anak Krakatau, Pulau Sertung dan Pulau Panjang yang samar samar terlihat akibat tertutup penguapan.
Perbukitan hijau di sepanjang mata menyapu ke arah Timur dan Barat dan ini menyajikan pemandangan yang menakjubkan bagi “pengagum keindahan”.
Setidaknya lelahnya perjalanan di jalanan terjal melewati bukit dan lembah akan terbayar jika sampai di pantai ini.
Lampung
Comments (0)
Add Comment