MINGGU, 27 DESEMBER 2015
Jurnalis: Zulfikar Husein / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Zulfikar Husein
BANDA ACEH—Sebelas tahun lalu, Aceh berada dalam kondisi yang sangat sulit dan ssangat terpuruk. Selain konflik yang berkepanjangan, provinsi yang paling barat ini juga dilanda musibah bencana alam dahsyat yaitu gempa bumi dan gelombang tsunami.
Salah satu pengunjung yang mengabadikan replika Museum Tsunami Aceh |
Lebih dari 200 ribu direnggut oleh bencana dahsyat tersebut. Ratusan ribu bangaunan dan rumah juga rata dengan tanah. Hampir tidak ada yang tersisa, kecuali beberapa bangunan masjid yang kokoh berdiri tegak. Selebihnya, menjadi lautan ‘bangkai’ manusia dan sisa puing-puing reruntuhan.
Namun, dibalik kisah yang cukup memilukan, bencana tsunami yang merenggut ratusan nyawa itu mengandung hikmah yang cukup besar. Delapan bulan setelah tsunami, Aceh menjadi daerah yang damai, jauh dari konflik senjata.
Untuk mengenang musibah dahsyat tersebut didirikan Museum Tsunami Aceh. Museum yang terletak di Banda Aceh ini dianggap membawa berkah karena jutaan wisatawan dari dalam dan luar negeri berdatangan ke Aceh.
Pengunjung menyaksikan dokumentasi bagaimana kondisi Aceh saat dihantam Tsunami |
Museum tersebut didirikan tahun 2009 atau 5 tahun setelah bencana tsunami. Museum ini dirancang oleh arsitek asal Indonesia, Ridwan Kamil (sekarang Walikota Bandung). Desainnya cukup unik. Selain menggambarkan becana gempa dan tsunami, museum juga dipadukan dengan cirikhas budaya Aceh, seperti gambar orang menari Saman pada bagian dindingnya.
Seja di pintu masuk, kita diajak merasakan bagaimana kondisi saat tsunami terjadi. Suara air ditambah suara samar-samar jeritan manusia mampu membuat pengunjung merasakan kepanikan saat air laut itu melanda Aceh.
“Saat masuk kita merasa seperti ada saat tsunami dulu terjadi. Kita seperti dengan suara air tsunami ditambah dengan suara-suar orang minta tolong, merinding mendengnya,” ujar Nur Azizah, yang mengunjungi museum bersama suami dan keluarganya, Minggu, 27 Desember 2015.
Salah satu foto yang dipajang di Museum Tsunami Aceh |
Di ujung lorong masuk, terdapat sebuah menara menjulang tinggi. Didalam menara tersebut tertera nama-nama korban tsunami yang hilang pada masa itu. Pada bagian ujung terdapat sebuah tulisan Allah dalam bahasa arab.
Sementara itu, di dalam museum terdapat banyak foto-foto ketika tsunami terjadi, baik sebelum maupun sesudah tsunami melanda. Didalam museum juga terdapat beberapa benda yang merupakan sisa peninggalan tsunami..
Ketika musim liburan tiba, museum ini ramai dikunjungi oeh warga. Tidak cuma wisatawan lokal, para wisatawan manca negara juga ramai mendatangi museum. Tak hanya liburan, para wisatawan juga dapat belajar banyak dari museum yang bangunannya terdir dari empat lantai dan luas 2.500 meter persegi itu.
“Kami belajar banyak dari museum ini. Kami datang dari Aceh Utara yang perjalanannya sekitar 6 jam ke sini (Banda Aceh), tapi kami cukup puas. Selain liburan, kami juga belajar banyak baik tentang tsunami, juga seperti merasakan bagaimana pedihnya musibah ini terjadi 11 tahun lalu,” kata Azizah.