MINGGU, 10 JANUARI 2016
Jurnalis: Koko Triarko / Editor: Gani Khair / Sumber foto: Koko Triarko
YOGYAKARTA—Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, begitu banyak potensi obyek wisata alam yang terungkap ke publik. Melalui beragam media sosial, potensi obyek wisata tersembunyi bisa begitu dikenal luas dan membuat banyak orang penasaran. Salah-satunya, Pillow Lava atau Lava Bantal, yang berada di aliran Sungai Opak, Dusun Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, berikut ini.
Lava Bantal, demikian orang mengenal batuan tua yang terbentuk sekitar 30 Juta tahun lalu itu. Keberadaannya di sepanjang aliran Sungai Opak dusun Watuadeg memang mengundang kekaguman, lantaran bentuknya yang seperti batu meleleh. Dan, memang batuan itu merupakan lava cair yang keluar dari perut gunung berapi dan membeku cepat karena air, sehingga membentuk gumpalan batu tak beraturan seperti lelehan lilin. Namun, karena lelehan itu bertumpuk-tumpuk seperti bantal, orang lalu menyebutnya lava bantal. Para ahli meyakini, lava bantal itu merupakan bukti yang menunjukkan proses awal pembentukan gunung api purba pertama di Jawa.
Lepas dari kajian ilmiahnya, lava bantal pada awalnya tersembunyi dibalik kerimbunan lahan tanah kas Desa Jogotirto. Kawasan di sekitarnya merupakan lahan sawah tadah hujan, yang kemudian mengering di tahun 1990-an. Karena mengering dan tak lagi digunakan sebagai lahan sawah, perlahan keberadaan lava bantal itu mulai tersingkap.
Banyak orang datang sekedar ingin melihat tumpukan batu yang dianggap unik itu. Demikian dikatakan salah satu warga dusun setempat, Marbangun (34), saat ditemui Minggu (10/1/2016) di kawasan obyek wisata Lava Bantal.
Dikatakan Marbangun, sejak tahun 1980-an para ahli dari berbagai perguruan tinggi sering datang ke lokasi lava bantal untuk melakukan penelitian. Waktu itu, kondisi sekitar masih rimbun dengan beragam pepohonan. Jalan masuk belum senyaman sekarang, dan belum ada warga yang datang untuk berwisata.
Namun menginjak awal tahun 2000 hingga 2010, mulai ada beberapa orang yang memanfaatkan keindahan lava bantal itu untuk keperluan foto pre-wedding (sebelum pernikahan). Sejak itu, pun keberadaan lava bantal mulai dikenal luas karena foto kawasan lava bantal banyak diupload di media sosial. Lalu, pada tahun 2013-2014 mulai banyak orang berdatangan ingin menyaksikan keunikan batu lava itu.
Tetapi karena belum ada yang mengelola, banyak tindak kriminal menimpa para pengunjung. Entah, sepeda motor hilang atau sekedar helm. Bahkan, menurut Marbangun, pernah ada tindak perampasan di tempat itu. Melihat kondisi tersebut, maka warga desa berinisiatif mengelolanya. Dimulai dengan membuka akses jalan dan lahan parkir.
Dan, sejak tahun 2015 kemarin penataan kawasan obyek wisata lava bantal mulai dilakukan oleh pemerintah desa setempat. Awal tahun ini, pembangunannya bahkan mulai dilakukan.
“Saat ini sedang dibangun areal parkir di sisi utara, dan di sisi selatan akan dibangun joglo. Meski belum begitu banyak fasilitas di tempat ini, namun setiap hari libur jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan orang. Pengunjung biasanya datang bersama keluarga, juga banyak remaja yang datang untuk berfoto ria”, pungkasnya.