Mengenal Candi Barong, Candi Bergaya Jawa Timur di Yogyakarta

MINGGU, 31 JANUARI 2016
Penulis : Koko Triarko / Editor: Sari Puspita Ayu / Sumber foto : Koko Triarko

CATATAN JURNALIS—Pertama-tama, Kecamatan Prambanan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dikenal luas karena adanya Candi Prambanan. Namun lebih dari itu, sebenarnya Prambanan memiliki ratusan bahkan ribuan candi-candi kecil yang tersebar di desa-desa. Dari sekian banyak candi-candi kecil itu, Candi Barong menjadi obyek wisata candi yang sejak beberapa tahun terakhir mulai dikenal luas. Dan, tidak jauh dari Candi Barong, juga berdiri satu candi kecil lainnya yang mulai populer, yaitu Candi Ijo.

Bagian depan Candi Barong

Kota kecil bernama Prambanan berada di perbatasan Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Dalam sejarahnya, kota itu diduga sebagai pusat peradaban Mataram Hindu Kuno. Pasalnya, hampir di seantero kawasan Prambanan terdapat ratusan candi-candi kecil yang sebagian besar belum terungkap. Candi Prambanan yang paling sohor selain Candi Borobudur, seolah menjadi pusat dari sekian candi-candi kecil di sekitarnya.
Khalayak pasti juga sudah mengenal Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Ratu Boko. Namun, dari empat candi yang sudah populer sebagai obyek wisata itu, masih banyak sekali candi-candi kecil yang acapkali luput dari perhatian umum. Misalnya, Candi Barongan, Candi Ijo, Candi Abang, Candi Ganesha, Candi Sambisari dan masih banyak lagi candi-candi lain yang belum berhasil dipugar, sehingga hanya disebut situs.
Memiliki Pola Bangunan Candi di Jawa Timur
Di kawasan Prambanan, Sleman, candi-candi yang telah ditemukan hampir seluruhnya dibangun pada sekitar abad 9-10 Masehi. Setiap candi memiliki ciri utama yang menjadi dasar pengelompokkan asal zaman dan budaya dibangunnya sebuah candi. Namun, Candi Barong dan Candi Ijo di Prambanan menjadi unik dan menarik, karena memiliki pola bangunan candi di Jawa Timur.
Catatan Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, menyebutkan, Candi Barong dan Candi Ijo yang berada di wilayah selatan Prambanan itu dibangun dengan ciri khas yang berbeda dari pakem Candi-candi di Jawa Tengah. Candi Barong dan Candi Ijo dibangun dengan pola berteras-teras dan memusat ke belakang sebagaimana ciri dari candi-candi di Jawa Timur. Sementara itu, pada umumnya candi-candi di Jawa Tengah dibangun dengan pusat berada di tengah.
Sisi lain Candi Barong
Tak hanya keunikan pola bangunan yang menghadap ke barat dan memusat ke belakang, Candi Barong dan Candi Ijo juga menyimpan misteri latar belakang pembangunannya. Candi Barong bahkan tak memiliki pintu masuk ke dalam ruang-ruang candi. Menjadi terasa aneh, manakala berada di Candi Barong itu dan mendapati semua candi tertutup rapat tanpa pintu. Padahal, BPCB DIY meyakini di dalam Candi Barong itu terdapat rongga atau ruang kosong.
Sepintas, Candi Barong yang berada di pegunungan kapur Batur Agung pedukuhan Candirejo, Sambisari, Prambanan, Sleman, Yogyakarta, itu tampak megah. Mirip dengan Situs Ratu Boko dengan bangunan candi yang berada di atas talud tinggi yang membuatnya terkesan gagah. Candi Barong dibangun pada sekitar abad 9-10 Masehi, dan ditemukan kembali pada awal abad 20 dalam kondisi runtuh. Candi tersebut terbagi dalam tiga halaman atau teras. 
Halaman pertama terdapat dua buah candi. Sementara itu, di halaman kedua dan ketiga tidak terdapat bangunan candi. Namun, di sisi timur terdapat bangunan pagar terluar yang pada waktu ditemukan dalam posisi terkubur tanah. Bangunan utama Candi Barongan adalah dua buah candi di teras pertama.
Ketika dilakukan pemugaran pada tahun 1987, diketahui ada sembilan kotak bujur sangkar yang merupakan gambaran dari wastu purusa mandala atau perpaduan alam nyata dan gaib. Kedua candi induk di Candi Barongan selesai dipugar tahun 1992, yang kemudian dilanjutkan dengan pemugaran talud dan pagar.
Selama masa pemugaran itu ditemukan sejumlah temuan arkeologis, diantaranya dua buah Arca Dewa Wisnu, dua buah Arca Dewi Sri, dua buah arca yang belum selesai dibuat dan satu Arca Ganesha. Juga ditemukan kotak-kotak peripih dari bahan batu andesit dan batu putih.
Pada kotak peripih itu, ditemukan lembaran-lembaran tipis emas dan perak. Terapat tulisan di lembaran tipis terbuat dari emas itu, namun tulisan tersebut sudah tak bisa terbaca. Kecuali itu, di Candi Barong juga ditemukan sejumlah peralatan rumah tangga seperti keramik, guci, mata kapak dan sendok. 
Candi Barong sering pula disebut Candi Sari Suragedug. Dalam Prasasti Ratu Boko berangka tahun 856 Masehi, dikisahkan tentang seorang raja bernama Sri Kumbaja atau Sri Kalasoibhava yang membangun tiga lingga, yaitu Krttiwasalingga dengan pendampingnya Dewi Sri, Triyarbakalingga dengan pendamping Dewi Suralaksmi dan Haralingga dengan pendamping Dewi Mahalaksmi. Diperkirakan, bangunan yang dimaksud dalam prasasti itu adalah Candi Barong.
Sementara itu, dalam Prasasti Pereng berangka tahun 863 Masehi, disebutkan pada tahun 784 Saka atau 860 Masehi,  Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menganugerahkan sawah dan dua bukit di Tamwahurang untuk keperluan pemeliharaan bangunan suci Syiwa bernama Bhadraloka. Para ahli berpendapat Sri Kumbaja atau Sri Kalasoibhava adalah Walaing Pu Kumbhayani dan bangunan Syiwa yang dimaksud adalah Candi Barong.
Candi Barong juga merupakan bangunan punden berundak, sebuah corak bangunan suci pada masa pra Hindu dengan teras bersusun tiga yang semakin ke atas semakin sempit. Di pertengahan sisi barat terdapat tangga naik dari teras pertama ke teras kedua setinggi kurang lebih 4 meter. Teras ketiga terletak 5 meter dari permukaan teras kedua dengan tangga naik yang dilengkapi dengan pipi tangga di kiri dan kanannya. 
Sementara itu, di pangkal tangga tersebut terdapat hiasan menyerupai ukel. Di kiri dan kanan dinding pipi tangga terdapat hiasan berupa daun kalpataru. Dan, di puncak tangga terdapat gerbang beratap atau yang disebut gapura paduraksa menuju ke pelataran teras ketiga. Di atas ambang gapura itu terdapat hiasan Kalamakara atau barongan. Itulah mengapa candi tersebut dinamakan Candi Barong atau Candi Barongan. (Baca: Candi Ijo Berlatar Budaya Hindu dan Budha)
DIY
Comments (0)
Add Comment