Tradisi Trewa Tandai Dimulainya Masa Tenang di Kota Larantuka

KAMIS, 13 APRIL 2017

LARANTUKA  —  Ratusan umat Katolik dan peziarah mulai memadati gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, kapela Tuan Ana dan kapela Tuan Ma di kota Larantuka Rabu (12/4/2017) sore. Di gereja Katedral, sejak pukul 15.00 WITA dilakukan ibadat Lamentasi semacam nyanyian ratapan berkisah tentang runtuhnya kota Yerusalem.

Anak-anak muda sedang berlarian di sepanjang jalan di kota Larantuka sambil memukul seng bekas dan tiang listrik

Selain itu, dalam waktu bersamaan, di kapela Tuan Ma dan Tuan Ana dilakukan kegiatan mengaji Semana terakhir. Mengaji atau beribadat juga diselingi dengan melantunkan lagu–lagu dalam bahasa Portugis yang dilakukan oleh suku-suku Semana dan di hari Rabu Abu, ditutup dengan mengaji Semana oleh suku Kapitan Jentera atau Fernadez Aikoli.

Di depan kapela Tuan Ma dan Tuan Ana, ratusan umat Katolik khususnya anak-anak muda sejak Rabu (12/4/2017) sore sekitar pukul 18.00 WITA mulai berdatangan ke kapela Tuan Ma dengan membawa seng bekas, kayu, besi, kaleng-kaleng bekas serta benda lainnya yang akan dipakai sebagai wadah mengeluarkan bunyi-bunyian.

Setelah ibadat Lamentasi di gereja Katedral dan ibadat Mengaji di kapela Tuan Ma dan Tuan Ana berakhir, sekitar pukul 20.00 WITA mulai memasuki ritual Trewa, membuat kegaduhan atau keributan dengan berteriak dan membuat bunyi-bunyian.

Ritual Trewa diawali dengan memadamkan lampu yang berada di sekitar kapela Bersamaan dengan itu, puluhan pemuda dan anak–anak berhamburan berlarian di jalanan hingga ke pemukiman penduduk membawa seng dan membunyikannya memakai kayu.

Seng–seng tersebut di seret di sepanjang jalan bermula dari depan kapela Tuan Ma berbelok ke barat sejauh ±200 meter dan menuju Tori Tuan Trewa sejauh 100 meter ke utara serta kembali berlarian menyusuri jalan semula ke arah timur menuju kapela Tuan Ana sejauh 600 meter.

NTT
Comments (0)
Add Comment