YOGYAKARTA – Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, mengecek kondisi pelayanan arus mudik dan arus balik di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Jumat (30/6/2017), pagi. Pengecekan dilakukan mengingat Bandara Adisutjipto Yogyakarta merupakan salah satu bandara terpadat di Pulau Jawa.
Agus Santoso mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, Bandara Adisucipto Yogyakarta mengalami peningkatan jumlah penumpang luar biasa. Dari semula hanya sekitar 2 juta orang, meningkat menjadi 3 juta di tahun berikutnya dan kini telah mencapai 7 juta penumpang per tahun. Kondisi Bandara Adisucipto Yogyakarta yang sempit membuat ruang pergerakan penumpang hanya berkisar 1,2 meter.
“Padahal, idealnya space penumpang itu 12 meter. Sedangkan Jogja hanya 1,2 meter. Masih jauh dari ideal, sehingga semua stakeholder penerbangan harus mengantisipasinya,” katanya.
Menurut Agus, ada 4 komponen utama dalam dunia penerbangan, yakni airport, airline, air navigation dan autority. Keempatnya harus bekerja sama dalam menata dan melakukan pengelolaan semaksimal mungkin. “Kalau sudah maksimal, maka harus bangun bandara baru. Sebagaimana saat ini akan dibangun Bandara Kulonprogo. Namun, sebelum bandara baru bisa dioperasikan, harus optimalkan dan maksimalkan yang ada sekarang,” katanya.
Dengan perubahan simulasi dan optimalisasi Terminal B Bandara Adisucipto, dikatakan tahun ini ruang pergerakan penumpang sudah lebih longgar dibanding tahun lalu. Terlebih pada arus mudik lebaran kali ini, waktu mudik lebih panjang dari sebelumnya, sehingga penumpukan penumpang lebih terurai.
“Setiap stakeholder harus mengakomodir keselamatan, keamanan, maupun pelayanan seluruh penumpang. Dan, dengan perubahan ini kini Bandara Adisucipto lebih longgar. Space penumpang juga meningkat 50 persen dari 1,2 menjadi sekitar 2 meter. Ini, bagus,” katanya.