23 November 1985, Presiden Soeharto resmikan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

SABTU, 23 NOVEMBER 1985 Pada jam 10.00 pagi ini, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri upacara peresmian pelabuhan baru Semarang, Tanjung Emas.

Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden serta merapatnya KM Majapahit, dan bongkar muat peti kemas. Tampak hadir dalam upacara ini, antara lain Menko Ekuin, Menteri Dalam Negeri, Soepardjo Roestam, Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono, dan Menteri Perhubungan, Rusmin Nuryadin.

Dalam pidato peresmiannya, Presiden Soeharto menyebutkan, Indonesia adalah negara kepulauan. Bukan sekedar negara kepulauan saja, tetapi merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia.

“Karena negara kita yang teridir dari ribuan pulau, maka kita memiliki garis pantai yang sangat panjang,” terang Presiden.

Indonesia memiliki lautan-lautan dan selat-selat. Lautan dan selai ini, terang Presiden, tidak kita pandang sebagai pemisah-pulau-pulau kita, lebih-lebih tidak kita pandang sebagai pemisah di antara kita.

“Melainkan lautan dan selat-selat itu kita pandang sebagai penghubung antara pulau-pulau kita dan penghubung di antara kita bangsa Indonesia. Dengan kata lain, lautan dan selat-selat itu kita pandang sebagai unsur pemersatu kita semua, sehingga seluruh Tanah Air ini kita rasakan sebagai kesatuan politi, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial buda dan kesatuan pertahanan keamanan,” terang Presiden Soeharto.

Presiden menyebutkan, lautan akan tetap menjadi lautan tanpa arti, selat akan tetap menjadi selat tanpa makna, jika kita berbuat apa-apa untuk memanfaatkan lautan dan selat-selat itu. Untuk menggali dan memanfaatkan sega kekayaan alam yang kita miliki itulah, maka kita langsanakan pembangunan.

Bapak PembangunanHM Soehartoorde barupak hartoPresiden Soehartosemarangtanjung emas
Comments (0)
Add Comment